Awiejaya,
Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia Ungkapkan Pemalsuan Komponen Motor Sebesar 20-30 Persen? Waspadai kalau harga di bawah harga eceran Dalam seminar yang pernah dilakukan Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia (AISI),
Ketua Umum AISI mengungkapkan diduga pemalsuan komponen motor sebesar 20-30 persen. Menurutnya, komponen fast moving paling banyak dipalsukan. Maraknya pemalsuan disinyalir akibat selisih harga yang terlalu jauh antara komponen orisinal dan suku cadang palsu. Menurut Gunadi yang ketua AISI itu, pembeli dominan adalah masyarakat pada kelas ekonomi paling bawah.
Berdasarkan perhitungan bapak pemilik nama lengkap Gunadi Sindhuwinata, nilai bisnis sepeda motor di Indonesia mencapai sekitar Rp 75 triliun. Jadi kebayang dong berapa putaran uang di dunia komponen aspal ini. Ada beberapa alasan yang membuat tingginya minat beli masyarakat terhadap suku cadang palsu. Utama harga jual yang jauh lebih murah dibanding produk orisinal. kulitas yang hampir sama, dan barang asli sulit dicari di pasar. Pabrikan motor yang kerap menjadi sasaran pemalsuan tentunya adalah pabrikan dengan volume penjualan besar.
Di Indonesia siapa lagi kalau bukan motor merek Honda dan Yamaha. Dheni Setiawan, Deputy GM Parts Division PT Astra Honda Motor (AHM) mengatakan data pemalsuan Honda Genuine Parts (HGP) didapat berdasarkan temuan, laporan dan investigasi di lapangan. “Untuk data seberapa besar pastinya komponen HGP palsu yang beredar di pasar kami belum tahu pasti,” sebut Dheni Dheni menambahkan yang jelas, AHM akan terus melakukan survey dan investigasi mengenai HGP palsu di pasar sebagai komitmen kami untuk terus memberikan produk yang terbaik dan melindungi konsumen terhadap penipuan komponen palsu,” ungkapnya lebih lanjut.
Hal senada dikatakan oleh Robby Sidharta, Assistant Manager Spare Parta Division PT Yamaha Indonesia Motor Manufacturing (YIMM). “Kebanyakan yang dipalsukan adalah kampas rem. Berapa angka pemalsuannya kami tidak memiliki angka pastinya,” tegas Robby. Robby menjelaskan secara kemasan memang antara asli dan palsu sangat mirip. “Kami saja agak sulit mengidentifikasinya langsung. Untuk kepastiannya harus dibawa ke labortorium vendor baru ketahuan aspal atau tidaknya,” bilang pria berkulit putih ini. Untuk meminimalkan dampak buruk pemalsuan, pabrikan terus melakukan edukasi ciri-ciri produk. “Informasi ciri asli dan palsu ke konsumen dan jaringan sehingga konsumen dapat menghindari pembelian produk palsu,” sebut Dheni.
Baik Dheni maupun Robby menyebutkan agar konsumen membeli spare-parts di jaringan penjualan resmi. “Waspadai kalau barang yang dijual jauh di bawah harga eceran tertinggi, teliti kembali sebelum membeli berdasarkan ciri-ciri,” saran keduanya. (www.motorplus-online.com)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar